Pulau Topang Terancam Hilang

Komhukum (Dumai)- Pulau Topang di Kecamatan Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, terancam hilang karena abrasi hingga saat ini terus menggerus cukup dalam di kawasan pantai setempat.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Meranti, Bambang Suprianto, mengatakan Pulau Topang yang sebelumnya memiliki luas daratan mencapai 4.200 hektare perlahan terus terkikis abrasi cukup berat.
Berdasarkan evaluasi pihaknya bersama sejumlah pemuka masyarakat sekitar dan lembaga swadaya masyarakat, luas daratan Pulau Tobang saat ini tinggal 3.500 hektare.
"Luas daratan yang terkikis hingga 500 hektare ini diprediksi berlangsung sejak 20-25 tahun silam. Parahnya lahan bakau dan berbagai tanaman yang tadinya difungsikan untuk menahan laju abrasi, perlahan mulai punah dan rusak akibat minimnya kesadaran masyarakat sekitar untuk merawatnya," katanya, Jumat (27/5).
Ia menjelaskan abrasi kategori berat memang tidak "menyerang" segala sisi pulau itu atau hanya beberapa bagian terutama yang berhadapan langsung dengan laut lepas.
Namun terjangan abrasi tersebut jauh lebih "ganas" daripada perkiraan sebelumnya.
"Lahan bakau yang tadinya membentang cukup luas, kini hanya tinggal sekitar 50 persennya saja. Selain itu, penyangga juga roboh diterjang derasnya ombak," katanya.
Pada kesempatan terpisah, seorang pemuka masyarakat Pulau Topang, Sam Suharto mengatakan jumlah masyarakat Pulau Topang saat ini sedikitnya 2.800 jiwa yang rata-rata hidup dengan cara berkebun atau bercocok tanam.
"Namun banyak juga yang keluar pulau dan mencari nafkah di dalam maupun di luar Meranti seperti Kota Dumai dan Bengkalis," katanya.
Secara umum, masyarakat Pulau Topang tidak mengetahui bahwa abrasi kategori berat sedang mengancam kehidupan mereka.
"Untuk menangani masalah ini dibutuhkan perhatian lebih pemerintah," katanya.
Pemerintah perlu mendatangkan pakar untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat setempat tentang cara efektif mencegah abrasi.
"Bagaimana abrasi bisa dicegah, sementara masyarakatnya tidak mengerti cara penanggulangannya," kata Suharto. (K-5/Ant)